…waktu senyatanya bergerak
demikian cepat. Tiga puluh tahun lalu saya pertama menginjakkan kaki di sebuah
sekolah di kawasan yang sunyi, dikelilingi perbukitan Wukirsari yang kemudian
saya kenal sebagai SMA Negeri 1 Imogiri. Meski saya lulusan pendidikan keguruan
(IKIP/UNY) namun pada awalnya saya tak tertarik untuk menjadi guru. Bisnis
kerajinan yang saya geluti sejak saya kuliah sungguh menjanjikan. Apalagi pasar
dari kerajinan yang saya tekuni tidak hanya memenuhi gerai toko di DIY, tapi
Jakarta, Bali bahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa, Amerika, Australia
dan Uni Emirat Arab.
Saya mulai mengajar di SMAN 1
Imogiri tahun 1991. Saat itu saya masih kuliah. Yaah..di semester-semester
akhir. Saya menjadi guru honor di situ dengan penghasilan pertama 17,5 ribu
rupiah (sementara saya menggaji karyawan di rumah 60 ribu rupiah). Tahun 1994
saya diangkat menjadi PNS melalui jalur ikatan dinas (jadi nggak seleksi dong),
meminta penempatan di SMAN 1 Imogiri, alhamdulillah dikabulkan. Namun hingga
tahun 2000an saya mendua, antara jadi guru dan bisnis. Jika bisnis sedang
bagus, aktifitas mengajar jadi ala kadarnya.
Titik balik terjadi ketika
saya diminta kerja sama dengan KADINDA DIY (Kamar Dagang dan Industri Daerah).
Saya diminta menjadi instruktur bagi masyarakat desa untuk membuat kerajinan
gerabah, teknik pewarnaan dan pemasarannya. Saat itulah ketertarikan saya
dengan dunia pendidikan muncul. Saya sadar selama ini salah fokus. Dunia
pendidikan dan profesi guru ternyata sesuatu yang luar biasa buat saya.
Membimbing orang lain, mengajari mereka dari tidak bisa menjadi bisa, mengajari
mereka berkarya untuk menyambung hidup, pokoknya jadi guru kereeen abis
deh.,pikiran saya saat itu.
Tahun 2003 saya memutuskan
untuk fokus menjadi guru. Sedikit demi sedikit bisnis kerajinan saya
tinggalkan. Kesulitan membagi waktu adalah alasan utamanya. Sebab begitu saya
fokus menjadi guru, menjadi keseharian di sekolah menjadi demikian
menyenangkan. Saya terbiasa datang pagi-pagi sebelum guru-guru lain datang.
Saya biasa siap di sekolah pukul 06.30 WIB kemudian berdiri di depan gerbang
atau di sudut lapangan basket sambil menyalami dan menyapa siswa. Salah satu
tujuan saya melakukan itu adalah agar saya bisa lebih dekat dengan siswa. Tak mengherankan
jika saya hampir mengenal nama-nama semua siswa di SMAN 1 Imogiri.
Kesempatan untuk menjadi
Pembina OSIS dan kemudian Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan saya manfaatkan
semaksimal mungkin untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa. Alhamdulillah,
selama saya menjadi pembina OSIS dan Kesiswaan, semua siswa dapat terkendali
dengan baik. Mereka memiliki keterkaitan emosional kekeluargaan yang kuat.
Bahwa ada 4-5 anak yang memiliki kepribadian dan karakter yang agak di luar
kontrol saya anggap sebagai hal yang lumrah.
Banyak prestasi yang sejauh
ini bisa diraih oleh para siswa, khusunya di bidang akademik. Tahun 2010 saya
mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Bhuana Traya bidang Komputer dan
bidang Akuntansi. Target saya adalah semua siswa SMAN 1 Imogiri mengikuti
sertifikasi kompetensi. Harapannya, semua lulusan SMAN 1 Imogiri tidak saja
memiliki ijazah formal, namun mereka juga memiliki bekal ijazah kursus(komputer/akuntansi)
yang berskala nasional. Mengapa ini penting? Sebab sebagian besar siswa SMAN 1
Imogiri berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Andaikan mereka tidak bisa melanjutkan kuliah, mereka akan dengan mudah
memperoleh lapangan kerja. Bagi mereka yang kulia, sertifikasi kompetensi
komputer dapat membantu mereka menyelekasikan tugas-tugas kuliahnya atau bisa
juga kuliah sambil kerja.
Ada banyak mimpi yang
sebenarnya ingin saya lakukan di SMAN 1 Imogiri. Sayangnya, alur cerita harus
berubah. Sejak saya lolos seleksi Calon Kepala Sekolah (Cakep) di tahun 2015
saya merasa senang karena bisa terus berada di SMAN 1 Imogiri mendampingi
anak-anak yang luar biasa. Namun di penghujung tahun 2020 agaknya Allah
berkehendak lain. Saya ditugaskan untuk mengemban amanah di SMAN 1
Bambanglipuro. Amanah harus saya terima karena sebagai ASN maka saya harus siap
kapan saja dan dimana saja ditempatkan.
Untuk itu, bagi anak-anakku
siswa SMAN 1 Imogiri, bapak berpesan; teruslah berjuang untuk kemajuan
sekolahmu. Jadikan sekolahmu sebagai ladang berprestasi dan beramal. Meski pak
Gami tidak lagi membersamai kalian, pak Gami akan tetap terbuka menjalin
silaturahmi dengan kalian. Jika ada yang perlu ditanyakan/konsultasi, silakan
hubungi nomor Pak Gami, insya Allah, jika itu untuk kepentingan pendidikan
kalian, Pak Gami past akan membalasnya.
Selanjutnya,pak Gami mohon
maaf jika selama membersamai kalian sering mengucapkan kata kata yang tidak
berkenan buat kalian. Semoga kita terus dalam jalinan kekeluargaan dan selalu
dimudahkan urusannya oleh Allah SWT. Amin.