Lihat Cepat

Rabu, 23 Desember 2020

30 Tahun Bersamamu

…waktu senyatanya bergerak demikian cepat. Tiga puluh tahun lalu saya pertama menginjakkan kaki di sebuah sekolah di kawasan yang sunyi, dikelilingi perbukitan Wukirsari yang kemudian saya kenal sebagai SMA Negeri 1 Imogiri. Meski saya lulusan pendidikan keguruan (IKIP/UNY) namun pada awalnya saya tak tertarik untuk menjadi guru. Bisnis kerajinan yang saya geluti sejak saya kuliah sungguh menjanjikan. Apalagi pasar dari kerajinan yang saya tekuni tidak hanya memenuhi gerai toko di DIY, tapi Jakarta, Bali bahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa, Amerika, Australia dan Uni Emirat Arab.

Saya mulai mengajar di SMAN 1 Imogiri tahun 1991. Saat itu saya masih kuliah. Yaah..di semester-semester akhir. Saya menjadi guru honor di situ dengan penghasilan pertama 17,5 ribu rupiah (sementara saya menggaji karyawan di rumah 60 ribu rupiah). Tahun 1994 saya diangkat menjadi PNS melalui jalur ikatan dinas (jadi nggak seleksi dong), meminta penempatan di SMAN 1 Imogiri, alhamdulillah dikabulkan. Namun hingga tahun 2000an saya mendua, antara jadi guru dan bisnis. Jika bisnis sedang bagus, aktifitas mengajar jadi ala kadarnya.

Titik balik terjadi ketika saya diminta kerja sama dengan KADINDA DIY (Kamar Dagang dan Industri Daerah). Saya diminta menjadi instruktur bagi masyarakat desa untuk membuat kerajinan gerabah, teknik pewarnaan dan pemasarannya. Saat itulah ketertarikan saya dengan dunia pendidikan muncul. Saya sadar selama ini salah fokus. Dunia pendidikan dan profesi guru ternyata sesuatu yang luar biasa buat saya. Membimbing orang lain, mengajari mereka dari tidak bisa menjadi bisa, mengajari mereka berkarya untuk menyambung hidup, pokoknya jadi guru kereeen abis deh.,pikiran saya saat itu.

Tahun 2003 saya memutuskan untuk fokus menjadi guru. Sedikit demi sedikit bisnis kerajinan saya tinggalkan. Kesulitan membagi waktu adalah alasan utamanya. Sebab begitu saya fokus menjadi guru, menjadi keseharian di sekolah menjadi demikian menyenangkan. Saya terbiasa datang pagi-pagi sebelum guru-guru lain datang. Saya biasa siap di sekolah pukul 06.30 WIB kemudian berdiri di depan gerbang atau di sudut lapangan basket sambil menyalami dan menyapa siswa. Salah satu tujuan saya melakukan itu adalah agar saya bisa lebih dekat dengan siswa. Tak mengherankan jika saya hampir mengenal nama-nama semua siswa di SMAN 1 Imogiri.

Kesempatan untuk menjadi Pembina OSIS dan kemudian Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan saya manfaatkan semaksimal mungkin untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa. Alhamdulillah, selama saya menjadi pembina OSIS dan Kesiswaan, semua siswa dapat terkendali dengan baik. Mereka memiliki keterkaitan emosional kekeluargaan yang kuat. Bahwa ada 4-5 anak yang memiliki kepribadian dan karakter yang agak di luar kontrol saya anggap sebagai hal yang lumrah.

Banyak prestasi yang sejauh ini bisa diraih oleh para siswa, khusunya di bidang akademik. Tahun 2010 saya mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Bhuana Traya bidang Komputer dan bidang Akuntansi. Target saya adalah semua siswa SMAN 1 Imogiri mengikuti sertifikasi kompetensi. Harapannya, semua lulusan SMAN 1 Imogiri tidak saja memiliki ijazah formal, namun mereka juga memiliki bekal ijazah kursus(komputer/akuntansi) yang berskala nasional. Mengapa ini penting? Sebab sebagian besar siswa SMAN 1 Imogiri berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Andaikan mereka tidak bisa melanjutkan kuliah, mereka akan dengan mudah memperoleh lapangan kerja. Bagi mereka yang kulia, sertifikasi kompetensi komputer dapat membantu mereka menyelekasikan tugas-tugas kuliahnya atau bisa juga kuliah sambil kerja.

Ada banyak mimpi yang sebenarnya ingin saya lakukan di SMAN 1 Imogiri. Sayangnya, alur cerita harus berubah. Sejak saya lolos seleksi Calon Kepala Sekolah (Cakep) di tahun 2015 saya merasa senang karena bisa terus berada di SMAN 1 Imogiri mendampingi anak-anak yang luar biasa. Namun di penghujung tahun 2020 agaknya Allah berkehendak lain. Saya ditugaskan untuk mengemban amanah di SMAN 1 Bambanglipuro. Amanah harus saya terima karena sebagai ASN maka saya harus siap kapan saja dan dimana saja ditempatkan.

Untuk itu, bagi anak-anakku siswa SMAN 1 Imogiri, bapak berpesan; teruslah berjuang untuk kemajuan sekolahmu. Jadikan sekolahmu sebagai ladang berprestasi dan beramal. Meski pak Gami tidak lagi membersamai kalian, pak Gami akan tetap terbuka menjalin silaturahmi dengan kalian. Jika ada yang perlu ditanyakan/konsultasi, silakan hubungi nomor Pak Gami, insya Allah, jika itu untuk kepentingan pendidikan kalian, Pak Gami past akan membalasnya.

Selanjutnya,pak Gami mohon maaf jika selama membersamai kalian sering mengucapkan kata kata yang tidak berkenan buat kalian. Semoga kita terus dalam jalinan kekeluargaan dan selalu dimudahkan urusannya oleh Allah SWT. Amin.






Senin, 26 Oktober 2020

Pertemuan Selasa, 27 Oktober 2020 Kelas XII IPS/MIPA : Memilih Pigura untuk Lukisan

Pigura, bingkai atau frame adalah material yang berbentuk segi empat, lingkaran, segi lima, dll yang terbuat dari kayu, besi, bamboo, acrylic atau kombinasnya. Pigura selain berfungsi mempercantik penampilan sebuah karya lukisan, bisa juga menjadi bagian dari lukisan, dan untuk membantu mengawetkan lukisan dari rengat/kutu atau jamur.

Nggak ada aturan baku dalam memilih pigura, namun ketepatan memilih pigura akan mambantu menaikkan kualitas karya. Sebaliknya, pemilihan yang kurang tepat akan membuat karya terlihat norak dan tidak menarik.

Nah, pada kesempatan ini Pak Gami akan menjelaskan macam-macam pigura

A.   Berdasarkan materialnya.

1.  Pigura Kaca : yaitu pigura yang dilengkapi dengan kaca pada bidang tengahnya. Pigura kaca biasanya digunakan untuk membingkai karya lukisan dengan material kertas sebagai bidang gambarnya. Penggunaan kaca, berfungsi untuk menjaga agar material kertas tidak cepat rusak jika lukisan terkena air, dan mengamankan dari serangga.

Jadi, jika pada tugas akhir ini kalian menggunakan bahan dasar/bidang gambar kertas maka pilihan piguranya adalah pigura yang berkaca.


 

2.   Pigura Kayu (tanpa kaca); yaitu pigura yang berupa bingkai kayu berbentuk segi empat, empat persegi panjang, dll. Pigura kayu ini tepat digunakan pada lukisan dengan bahan dasar kanvas, atau kain dan bahan pewarna berbasis minyak/tidak larut dalam air. Untuk lukisan-lukisan dengan kanvas dan cat minyak, biasanya aman dari serangga dan tidak luntur terkena air sehingga tidak memerlukan kaca sebagai pelindungnya.

            


B.    Berdasarkan ketebalan

Di pasaran pigura dibuat dalam berbagai variasi ketebalan mulai dari tebal 1 cm hingga sekitar 15 cm. Dalam praktiknya, tebal tipisnya pigura yang akan kalian pakai hendaknya disesuaikan dengan corak lukisan. Untuk lukisan dengan corak abstrak, ekspresionis, lukisan batik akan lebih tepat jika menggunakan pigura kayu (tanpa kaca) dengan ketebalan antara 1 – 2 cm saja. Sedangkan untuk lukisan bercorak realis/naturalis, pemandangan alam, dekoratif akan sangat cocok dengan pigura yang berukuran lebar (5 – 15 cm).

 


C.    Berdasarkan desain

Bentuk desain pigura juga sangat beragam, mulai dengan desain yang sederhana, rumit/ekslusif, hingga minimalis. Untuk lukisan abstrak, ekspresionis, dan batik lebih bagus jika menggunakan desain yang minimalis. Untuk lukisan bercorak realisme, pemandangan alam, dan dekoratif cocok dengan model yang berukir/eksklusif.

     


Lalu, bagaimana dengan lukisan kalian? Yaa silakan saja disesuaikan dengan bentuk dan fungsi pigura sebagaimana Pak Gami jelaskan di atas. Oh, ya…soal harga. Yang paling murah pastinya yang berbahan kayu minimalis ya… tapi, jika kita ingin lukisan kita tampil menawan silakan gunakan pigura yang sesuai dari aspek bentuk, ukuran maupun desainnya.

Jika ada kesulitan, silakan berkonsultasi dengan Pak Gami melalui kotak komentar di sini atau melalui WA. Terima kasih.

Selasa, 13 Oktober 2020

Kelas X IPS/MIPA Pertemuan Rabu, Tgl. 14 Oktober 2020 : REVIEW TUGAS MINGGU LALU

Setelah penugasan hari Rabu minggu yang lalu, perlu saya sampaikan beberapa evaluasi terhadap karya-karya kalian yang sudah masuk. Meski karya yang masuk belum benar, jangan khawatir, tetap ada penilaian untuk aspek partisipasi. Bagi yang belum mengumpulkan maka pertemuan hari ini wajib mengumpulan karya dengan lebih baik agar nilainya tidak jatuh.

Ada beberapa karya yang sudah sesuai dengan instruksi yakni menggambar ornamen geometris dengan unsur bidang lingkaran, segi tiga, dan segi empat. Karya dibuat pada kertas dengan format yang sudah Pak Gami lampirkan dalam GC.

Karya-karya yang sudah sesuai diantaranya :




Ketiga karya di atas hanyalah beberapa karya yang berhasil atau sesuai dengan instruksi. Jika karya kalian memiliki ciri-ciri dan tipe yang sejenis dengan karya di atas, kalian boleh tidak mengerjakan ulang pada minggu ini.

Nah, ciri-ciri karya ornamen geometri adalah :

1. Adanya unsur pengu;angan/repetisi terhadap bidang yang dipilih.

2. Adanya keteraturan dalam penempatan bidang

3. Menampilkan gelap terang baik berupa garis tebal maupun blok

4. Memiliki pola tertentu/baku


Lalu bagaimana dengan karya seperti ini?


Karya di atas ini sebenarnya sudah memenuhi syarat sebagai ornamen geometris, namun belum bisa dinilai karena belum ada penguatan garis/bidang berupa gelap terang. Untuk karya yang seperti ini silakan dilanjutkan sehingga menjadi karya final sebagaimana contoh-contoh karya di atas.

Karya-karya yang belum berhasil diantaranya;



Dua karya di atas lebih tepat jika penugasannya adalah membuat komposisi bidang. Meski ada unsur pengulangan dan pola pada karya tersebut, namun tidak memenuhi apa yang disyaratkan yakni menggunakan bentuk bidang lingkaran, segi empat, dan segi tiga. Jadi bagi siswa yang mengerjakan tugasnya seperti ini atau mirip-mirip ini wajib mengerjakan ulang dan dikirim kembali ke GC dalam semingu ini.

Sekali lagi lagi, karya-karya yang sudah dikirim tetap diberikan penilaian. Bagi siswa yang karyanya sudah sesuai tugas namun ingin berkarya lagi tetap diperbolehkan. harapannya karya yang baru berbeda dengan karya terdahulu dan lebih bagus lagi..

Ditunggu penyelesaian tugas-tugasnya ya..

Senin, 05 Oktober 2020

Pertemuan 12 Kelas XII IPS/MIPA, Selasa-6 Oktober 2020 : Teknik Pewarnaan dalam Melukis

Pewarnaan merupakan tahapan ke -2 dalam melukis setelah membuat sketsa. Sebenarnya tidak ada aturan bagku dalam pewarnaan, namun ada teknik-teknik yang sebaiknya kita pelajari terutama bagi kalian yang masih dalam taraf belajar melukis.

Sebelumnya kita akan mengelompokkan media pewarna menurut bentuknya. Jika dilihat dari bentuknya, media pewarna ada tiga macam yaitu: 1) padat, 2) pasta, dan 3) cair. Contoh media padat misalnya pensil warna, crayon/pastel, cat air, konte, dll. Contoh media berbentuk pasta antara lain cat minyak, cat poster, acrylic, cat air. Sedang contoh media cair diantaranya tinta, cat air (ecoline)

Penting diingat bahwa setiap media pewarna memiliki karakter yang berbeda-beda, dan tinkat kesulitan yang berbeda pula. Secara umum, media kering/padat lebih mudah dalam penggunaannya, namun untuk membuat gradasi/campuran warna terdapat tantangan tersendiri. Untuk pewarna berbentuk pasta relatif mudah dalam membuat gradasi maupun campuran, namun butuh kejelian dalam mengatur perbandingan campuran agar diperoleh warna yang diinginkan. Adapun media cair tingkat kesulitannya adalah perlu kesabaran dalam melukis karena cat butuh waktu untuk mengering.

Berikut ini sifat-sifat cat yang perlu dipahami.

1. Cat Poster/Cat Minyak/Acrylic. Ketiga macam cat ini memiliki sifat atau karakter yang sama yaitu : 1) opaque atau menutup. Artinya, setiap warna dapat saling menutup sehingga kita tidak perlu khawatir jika terjadi kesalahan warna. Warna yang salah dapat ditutup dengan warna lain secara sempurna. 2) Ketajaan warna ditentukan dengan kadar campuran warna putih. Jika kalian ingin membuat gradasi, maka kalian harus mengatur perbandingan warna yang dibuat gradasi dengan warna putih. Semakin banyak campuran putihnya, maka semakin terang warna yang kita buat. 3) Cepat kering (kecuali Cat Minyak). Mengingat cat jenis ini mudah kering, maka pembuatan gradasi dilakukan saat pewarna belum kering.

Jika kita melukis dengan media Cat Poster/Cat Minyak/Acrylic, maka menggunakan kertas yang tebal lebih baik. Kertas/bidang gambar yang digunakan juga tidak harus berwarna putih, sehingga kita memiliki banyak peluang dalam berkreasi.

2. Cat Air (Aquarel). Cat air merupakan bahan pewarna yang murah namun dapat memunculkan efek artistik yang tinggi. Secara teknis, penggunaan cat air yang benar adalah dengan diencerkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, menggunakan cat air tanpa diencerkan sebanarnya tidak termasuk dalam teknik melukis dengan cat air. Ada dua teknik penggunaan cat air. Kedua teknik ini bagus semua dan memiliki efek artistik yang berbeda. Pertama adalah teknik basah (wet on wet), yaitu teknik melukis dimana bidang gambar/kertas yang akan dilukis-setelah dibuat sketsa- dibasahi dengan sir terlebih dahulu. Caranya, bisa saja kita menggunakan kuas besar atau semprotan/sprayer. Setelah air di atas kertas meresap ke dalam kertas, barulah kita torehkan pewarna. Tentu saja warna yang kita torehkan akan mengembang (mblobor) sebagai efek kapilaritas/serap. Nah, bloborannya itulah yang menimbulkan efek artistik pada karya. Warna-warna yang saling bercampur secara alamiah, akan menimbulkan warna baru yang sulit untuk ditiru.

Berikut ini contoh karya dengan teknik basah


Teknik kering yaitu teknik melukis dengan cat air dimana kertas dalam keadaan kering. Prosesnya, setelah sketsa selesai, maka kita encerkan cat air baik untuk warna tunggal atau beberapa warna campuran. Namanya saja diencerkan, jadi perbandingan antara air dan catnya lebih banyak airnya ya. Setelah kita mendapatkan warna sesuai apa yang kita inginkan, lalu kita sapukan dengan hati-hati pada bidang gambar sesuai dengan sketsa yang telah dibuat. Apabila menghendaki gradasi warna, tidak perlu mencampur dengan warna putih, cukup mengatur banyak sedikitnya pemolesan cat ke bidang gambar.


Yang perlu kalian ingat adalah dalam melukis dengan cat air, maka gunakan kuas cat air, yaitu kuas yang ujungnya runcing, dan rambutnya lembut. Gunakanlah pallet atau tempat mencampur cat. Gunakan kertas/bidang gambar yang berwarna putih. Siapkan tisue/atau kain untuk mengeringkan kuas yang habis dicuci dengan air. Posisi kertas/bidang gambar saat melukis adalah mendatar/miring dengan sudut kecil. Lalu pilihlah kertas yang bertekstur dan mudah menyerap air.

3. Pastel/Crayon
Pastel atau crayon termasuk dalam bahan pewarna kering. Media ini biasanya paling diminati oleh anak-anak dan remaja, dan kurang populer di kalangan dewasa/orang tua. Sebagai media kering tentu saja mudah dalam penggunaannya. Kita tinggal pilih warna, lalu torehkan di bidang gambar sesuai dengan sketsa yang ada. Untuk membuat gradasi warna,  dapat dilakukan dengan menabrakkan dua atau beberapa warna sekaligus. Warna yang saling tumpang tindih akan menghasilkan warna baru yang tampak seperti campuran. Untuk menghaluskan gradasi, bisa juga kita sapukan tisue di antara beberapa warna yang berdekatan.
Pewarna pastel atau crayon sangat tepat digunakan pada bidang gambar yang bertekstur/kasar dan tidak berwarna putih. Misalnya : karton. Sedangkan jika kita menggunakan kertas putih, maka harus teliti agar warna putih kertas tidak mencolok dan mengganggu obyek lukisan.



Untuk jenis/merk tertentu pastel dapat difungsikan sebagaimana cat minyak. Caranya, pada saat pewarna telah ditorehkan di kertas, bubuhkan sedikit minyak cat lalu poleskan pastel di atasnya. 


Senin, 28 September 2020

Pertemuan ke 11 Kelas XII IPS/MIPA; Selasa, 29 September 2020: BERKARYA TUGAS AKHIR

Semua hal yang ada di dunia ini selalu ada awal dan ada akhir. Tak terkecuali kalian yang sedang menempuh jenjang pendidikan di SMA Negeri 1 Imogiri. Mungkin kalian masih ingat awal-awal masuk sekolah ini. Yaa...pasti, tentang MPLS, AMT, dan PPI yaaaaangg...woowww, super keren. Sampai bagaimana kalian menemukan guru-guru baru di SMA dengan view terbaik di Yogyakarta ini.. ehmmm., termasuk ketemu dengan guru seni budaya/seni rupa yang mungkin bagi kalian nggak terlalu istimewa tapi sok istimewa..he he.

Nah, saat ini kalian memasuki periode akhir dari sekolah (klo besoknya namanya kuliah). Di semua jenjang pendidikan, jika memasuki periode akhir, pastilah ada tugas akhir. Bisa berbentuk ujian tulis, bisa ujian praktik, bisa juga kedua-duanya. Untuk materi-materi pelajaran tertentu seperti PKN, Sejarah, Sosiologi memang hanya ujian tulis saja, namun untuk materi pelajaran seperti Penjaskes, bahasa (Indonesia, Inggris, Jawa),  IPA, Agama, dan seni budaya..pastinya ada ujian tulis dan ujian praktik. Beberapa materi pelajaran tersebut dapat melaksanakan ujian praktik secara singkat. Mungkin saja siswa dapat menyelesaikan dalam durasi 2 x 45 menit. Tetapi untuk materi pelajaran seni budaya (seni rupa) waktu 2 x 45 menit tidak cukup, sehingga perlu disiasati dalam bentuk pemberian tugas akhir berkarya seni rupa.

Lalu apa yang membedakan tugas akhir dengan tugas harian? Yess..namanya saja tugas akhir, mestinya karya ini dibuat yang spesial, yang istimewa, yang spektakuler karena bisa jadi ini adalah karya monumental kita yang akan menjadi bagian sejarah kehidupan kita. Karya tugas akhir juga bisa memberikan gambaran sejauh mana penguasaan kita terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Membuat karya tugas akhir nggak boleh seperti kalau kita membuat tugas harian dimana seringkali kita cuma bilang sim salabim, 15 menit atau 45 menit karya jadi (ala kadarnya) dan dikumpulkan. Kalau seperti itu yang terjadi, maka sejarah akan mencatat bahwa perjuangan kalian untuk mendapatkan hasil yang terbaik akan menjadi catatan buram :)

Demikian halnya dalam membuat tugas akhir seni budaya/seni rupa. Pada kesempatan ini Pak Gami memberikan tugas akhir berkarya seni rupa dua dimensi. P Gami berharap kalian tidak sekedar memenuhi tuntutan berkarya yang instan. Tahapan-tahapan berkarya itu penting. Proses itu penting. Proses yang benar saja belum tentu menghasilkan karya yang bagus, apalagi kalau prosesnya salah. Maka, jangan berfikir bahwa tugas akhir akan bisa kalian selesaikan dalam satu kali pertemuan. Pak Gami berharap kalian mengikuti prosesnya secara disiplin.

Proses 1 : Merancang sebuah karya seni rupa (seni lukis)

Pada tahap ini, kalian diminta merancang tentang karya lukis apa yang ingin dijadikan sebagai tugas akhir. Dari aspek media, bisa menggunakan cat, pastel/crayon, tinta, akrilic, dll. Dari aspek bahan bisa menggunakan kertas, kanvas, karung goni, dll. Pemilihan media, alat dan bahan, selain didasari oleh faktor biaya, hendaknya memerhatikan tingkat kesulitan, dan target yang ingin dicapai. Kalau kalian menghendaki karya itu awet, ya gunakanlah kanvas dan cat minyak. Kalau kalian menghendaki karya yang murah, ya gunakan kertas dan cat air. Jika kalian terbiasa menggunakan media kering, gunakanlah pastel/crayon, meski di sisi lain cukup sulit menampilkan pewarnaan yang solid/halus.

Setelah menentukan media dan bahan, maka tahap perancangan berikutnya adalah memilih tema atau subject matter dalam lukisan. Tidak ada batasan tentang tema apa yang bisa diangkat dalam lukisan. Namun, sangat dianjurkan pemilihan tema bukan sekedar masalah suka tidak suka, gampang versus sulit, dan ikut-ikutan teman/comtoh. Pilihan tema sedapat mungkin memiliki makna yang mendalam bagi sang pembuat karya atau memiliki pesan yang kuat bagi para penikmatnya. Alhasil saat karya itu dipajang di sebuah ruangan akan memberikan dampak-dampak positif bagi yang melihatnya.

Visualisasi subject matter ke dalam karya juga perlu dipikirkan. Apakah kita akan meniru persis/tepat sama (realis/naturasli), atau melakukan distorsi (merubah bentuk obyek) sebagaimana lukisan ekspresionis dan abstrak, semua itu tergantung pada tujuan/pesan apa yang ingin disampaikan dalam berkarya.

Proses 2 : Membuat sketsa

Thap kedua setelah merancang karya seni rupa adalah membuat sketsa. Sketsa di sini berfungsi sebagai gambaran awal sebuah lukisan sebelum diberi pewarnaan. Kalian bisa menggunakan pensil untuk membuat sketsa. Lakukan secara teliti dan detil, sebab biasanya jika sketsanya bagus dan tepat, maka pada proses selanjutnya akan mudah.

Berikut ini beberapa contoh sketsa sebuah karya lukis. Kalian boleh meniru tekniknya, tetapi tidak boleh mencontoh subject matter/ obyek sketsa.




Nah, tugas kalian untuk pertemuan ke-11 kali ini adalah membuat sketsa pada bidang gambar kalian masing-masing. P Gami memberikan waktu 7 hari ke depan untuk membuat sketsa ini. 
Silakan dibuat, difoto dan dikirim melalui google classroom. Usahakan dibuat di awal-awal sehingga P Gami bisa memberikan koreksi dan perbaikan dari sketsa yang kalian buat. Untuk konsultasi sebelum karya sketsa fix/final boleh melalui WA sehingga bisa langsung respon.
Setelah sketsa fixed, baru kita akan lanjutkan materi berikutnya, yaitu TEKNIK-TEKNIK PEWARNAAN.
Jika ada kesulitan atau pertanyaan, silakan ditulis di komentar. Mungkin teman-teman kalian memiliki pertanyaan yang sama sehingga bisa saling memberi informasi.
Salam sehat, bebas Covid 19.

(bersambung minggu depan)


Selasa, 22 September 2020

Materi kelas X IPS/MIPA, pertemuan Rabu, 23 September 2020 : Menggambar Ornamen atau Ragam Hias

 

Ornamen sering disebut juga Ragam hias adalah gambar yang berfungsi untuk memberi hiasan pada obyek/benda tertentu. Ragam hias disematakan dalam sebuah benda/obyek tentunya untuk mempercantik benda tersebut. Berbagai gambar bentuk hias atau motif yang biasanya dibuat secara berulang dan memiliki pola tertentu hingga mengisi seluruh area kosong pada suatu karya seperti bahan kain, guci, furnitur kayu, kulit, dsb. Contohnya, batik menggunakan ragam hias.

Jika dilihat dari perkembangannya, ornamen dapat dibagi menjadi ornament primitive, ornament tradisional, ornament klasik dan ornament modern. Masing-masing jenis memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda.

Di Indonesia, ragam hias/ornamen telah berkembang dari sejak zaman prasejarah. Ragam hias tradisional Indonesia banyak dipengaruh oleh lingkungan alam, flora dan fauna nusantara. Selain itu, setiap budaya juga memiliki ciri khas untuk mengitegrasikan alam nusantara di masing-masing daerah.

Gambar yang diulang berkali-kali mengikuti pola adalah ide kunci dari ragam ornamen. Meskipun aplikasi sebenarnya adalah untuk menghias karya seni lain yang memiliki bidang permukaan kosong seperti kain, furniture atau guci, belakangan motif dekoratif juga dapat menjadi gaya yang berdiri sendiri dalam suatu karya seni 2 dimensi sebagaimana seperti lukisan dan desain grafis.

Pola Ragam Hias

Ragam hias biasanya memiliki pola atau susunan yang berulang. Semua unsur hias yang ada mengikuti pola tersebut, sehingga ragam ornamen tampak teratur dan terukur. Pola ini juga biasa disebut irama dan dapat memiliki arah dan ukuran yang beragam disetiap gambar hias yang diulang.

Misalnya untuk ragam hias geometris biasanya mengikuti pola arah yang saling menyilang, zigzag atau berputar mengikuti lingkaran. Pola lain dapat sesederhana perulangan unsur hias secara diagonal atau horizontal saja, seperti yang biasa ditemukan di motif kain batik.

Pola hias juga dapat dibuat dengan cara yang tidak teratur, namun tetap diperhatikan keseimbangannya. Misalnya gambar hias pertama dibuat dengan ukuran yang lebih besar, gambar kedua dibuat lebih kecil, kemudian pada pengulangna ketiga dibuat dengan ukuran yang besar lagi.

Fungsi Ragam Hias

Keinginan untuk menghias sesuatu merupakan insting dan naluri manusia. Pembuatan ornamen penghias didasarkan atas kebutuhan masyarakat baik secara praktis maupun estetis hingga kebutuhan ritual kepercayaan atau agama.

Kebutuhan praktis meliputi kebutuhan manusia terhadap benda pakai yang dianggap layak untuk digunakan dalam masyarakatnya. Kain samping harus diberi motif batik agar tampak blend-in dengan masyarakat. Piring harus bermotif bunga agar warung nasi mereka dianggap sekelas dan patut dikunjungi seperti warung nasi lain yang telah sukses sebelumnya.

Sementara itu kebutuhan estetis berarti kebutuhan murni terhadap keindahan dan atau makna simbolik yang dipancarkan oleh karyanya. Terdapat beberapa ragam ornamen (hias) yang memiliki makna simbolis yang mengandung nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya.

Jenis Motif Ragam Hias

Diluar kebiasaan masyarakat Indonesia yang selalu membuat ragam hias yang terinspirasi dari alam, terdapat beberapa jenis motif lain yang bukan diambil dari alam. Jenis ragam motif yang ada meliputi: ragam ornamen floral (vegetal), fauna, figural dan geometris.

Floral (Vegetal)

Motif ini menampilkan ornamen-ornamen yang menyerupai tumbuh-tumbuhan dari dedaunan, rerumputan dan bunga. Bentuk floral sebagai motif yang sangat mudah dijumpai hampir diseluruh pulau Indonesia. Motif ini dapat ditemukan pada barang-barang seni  seperti ukiran furniture, kain batik, kain sulam, tenun, border, dll.

Menggambar Motif Floral

Untuk menciptakan motif floral awalnya dapat diambil dari objek tunggal, misalnya daun. Kemudian gambar ulang disebelahnya dan variasikan daun tersebut sesuai dengan imajinasi dan kreativitas kita sendiri. Proses tersebut dapat disebut dengan stilasi.

Fauna (Animal)

Motif fauna adalah gambar hias yang distilasikan dari berbagai binatang seperti cicak, ikan, ayam, harimau hingg ke gajah. Dalam motif tradisional nusantara, biasanya motif ini dipadukan dengan motif flora dan bentuk geometris juga. Motif ini banyak ditemukan pada karya seni batik, ukiran, anyaman, sulaman dan batik.

Motif ini dapat mengandung berbagai kekhas-an lokal daerah tertentu di Indonesia. Misalnya terdapat burung cendrawasih untuk Papua, Komodo bagi NTT dan gajah untuk mewakili lampung. Motif fauna banyak ditemui di Bali, Yogyakarta, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Menggambar Ragam Motif Fauna

Menggambar motif fauna sebetulnya sama saja seperti motif flora. Hanya saja, binatang bentuknya tidak sesederhana daun, sehingga cenderung harus disederhanakan. Jika fauna yang digambar terlalu mendetail, biasanya kurang tampak menarik untuk dijadikan ragam ornamen.

Geometris

Motif geometris adalah gambar hias yang dibuat dari bentuk-bentuk geometris seperti garis-garis sederhana, segitiga, lingkaran, dsb. Motif ini sering dijumpai di pulau Jawa dan Sumatra. Berbagai motif-motif sederhana itu dapat diatur dengan pola yang teratur dalam irama pengulangan yang dinamis sehingga menghasilkan ragam hias yang estetis.

Menggambar Motif Geometris

Ragam hias geometris akan memerlukan alat khusus seperti penggaris untuk menggambarnya. Intinya motif ini mengembangkan bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segi empat dan lingkaran. Coba mulai dari bentuk geometris yang berupa garis luar atau outline. Kemudian ulang dan variasikan bentuknya dalam satu pola yang sama.

Berbeda dengan motif fauna yang cenderung harus disederhanakan, motif geometris justru harus dilebih-lebihkan agar tampak lebih menarik sebagai gambar hias.

Figuratif

Motif figuratif adalah hiasan yang dibuat menyerupai sosok manusia dengan penggayaan tertentu, seperti disederhanakan atau sedikit diabstrakan. Ragam hias ini lebih banyak ditemukan pada bahan kain atau tekstil dan ukiran kayu.

Menggambar Ragam Motif Figuratif

Menggunakan gambar manusia sebagai motif terhitung lebih rumit dari yang lain. Karena referensi gambar manusia harus disederhanakan menjadi lebih abstrak (ke-kartun-kartunan) kemudian dilebihkan agar tampak lebih dinamis dan tidak kaku.

Teknik Menggambar Ragam Hias

Menggambar ragam ornamen (hias) harus memperhatikan komposisi, proporsi keseimbangan dan keharmonisannya. Prosedur yang harus dilakukan dimulai dari menentukan jenis, kemudian membuat pola yang ingin digunakan. Lebih jelasnya, akan dijabarkan pada langkah-langkah dibawah ini:

  1. Perhatikan pola bentuk yang akan digambar, apakah motif fauna? Flora? Atau geometris?. Persiapkan referensinya, misalnya cari foto bunga dan tumbuhan yang biasa tumbuh di Indonesia untuk sumber inspirasi yang akan distilasikan ke ornamen.
  2. Siapkan alat dan media gambar yang dapat menunjang pola bentuk yang akan digambar. Jika ragam ornamen yang akan kamu gambar memiliki detail, ukuran dan arah yang presisi, persiapkan juga penggaris dan pensil yang runcing.
  3. Tentukan ukuran pola gambar yang akan dibuat. Salah satu kata kunci ragam hias adalah “pengulangan” maka ukuran pola gambar harus cukup untuk diulang beberapa kali pada media. Misalnya, minimal ada 5-6 jajar pola pengulangan dalam satu kertas.
  4. Buat sketsa ukuran dan pola pengulangan yang akan diikuti oleh ornamen berupa beberapa “kotak” atau bidang kosong yang akan diisi oleh gambar hias.
  5. Buat sketsa satu bidang ragam hias pada di salah satu kotak/bidang pola yang telah dibuat
  6. Selesaikan semua bidang pola yang masih belum terisi
  7. Terakhir, baru mulai warnai dan rapihkan semua gambar hias yang telah mengikuti pola tersebut.

Referensi

  1. Gray, Peter. (2009). Panduan Lengkap Menggambar & Ilustrasi Objek & Observasi.
    Terjemahan Sara C. Simanjuntak. Jakarta: Karisma.
  2. Juih, dkk. (2000). Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Yudhistira.
  3. Eko Purnomo, dkk. (2017). Seni Budaya VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
  4.  https://serupa.id/ragam-hias-pengertian-motif-teknik/

Tugas :
Buatlah kesimpulan dari materi ini ke dalam 2 (dua) paragraf saja. Tulislah dengan bahasamu sendiri (tidak boleh copy-paste dari teman) pada buku tulis. Tugas difoto dan diposting di google classroom.

Senin, 21 September 2020

Pertemuan ke-10 Seni Budaya Kelas XII IPS/MIPA : Membuat Rancangan Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Salah satu tugas akhir dalam pembelajaran seni budaya (seni rupa) adalah penyelenggaraan pameran karya siswa. Kegiatan pameran akan dilaksanakan di penghujung kegiatan pembelajaran kelas XII. Namun perlu diketahui bahwa pembelajaran seni budaya di kelas XII dibagi dalam dua rumpun yaitu seni rupa (di semester 1) dan nantinya di semester 2 adalah seni musik tradisional/gamelan.

Untuk itu tugas akhir pembelajaran seni rupa harus dikerjakan pada semeseter 1 ini. Tugas akhir seni rupa adalah membuat karya seni rupa 2 dimensi, dalam hal ini adalah seni lukis. Dipilihnya seni lukis sebagai tugas akhir karena cabang seni rupa yang satu ini memiliki kompleksitas/keragaman yang tinggi dalam bidang seni rupa. Ada banyak aspek pembelajaran yang bisa kita dapatkan saat kita berkarya seni lukis, baik aspek teknis, filosofis maupun aspek sosial budaya.

Siswa diberikan kelonggaran untuk memilih media lukis, tema lukisan, dan teknik yang digunakan. Tujuannya adalah untuk memberi kesempatan siswa berkreasi sesuai dengan keinginan dan fasilitas yang ada. Jadi, kalian boleh melukis di atas kertas dengan cat air, cat poster, atau pastel/crayon. Kalian boleh juga melukis di atas kanvas dengan cat minyak atau acrylic. Tema lukisan bisa dipilih seperti potret wajah, flora (tumbuhan, buah dan bunga), fauna (mamalia, unggas, reptil, dll) atau melukis alam benda dan pemandangan alam juga boleh.

Hal yang paerlu diperhatikan dan menjadi fokus penilaian adalah bukan semata-mata hasil akhir karya lukis yang kalian kerjakan. Dalam pembelajaran, penilaian dilakukan dengan tetap menghargai proses berkarya. Artinya, siswa tidak boleh mengirimkan/mengumpulkan karya tanpa menunjukkan tahap-tahap berkarya. Dalam pembelajaran tatap muka terdahulu, misalnya, siswa harus menunjukkan proses berkarya di sekolah dan di rumah. Karya siswa dipantau dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya untuk menjamin bahwa karya siswa adalah murni karya mereka sendiri.

Adapun tahap-tahap berkarya seni rupa dua dimensi meliputi :

1. Membuat rancangan berkarya

2. Menyiapkan alat dan bahan

3. Membuat sketsa pada kertas/kanvas

4. Melakukan penyelesaian karya

5. Peyelasian akhir/Pemberian bingkai

6. Pameran tugas akhir.

Untuk pertemuan kali ini tugas siswa adalah membuat rancangan berkarya. Rancangan berkarya memuat : 1) Identitas siswa, 2) Jenis Karya : Lukisan/batik, 3) Alat dan Bahan, 4) Tema Lukisan, 5) Waktu pengerjaan, dan 6) Deskripsi karya.

Untuk membuat rancangan berkarya silakan membuka link berikut ini.

Link Rancangan Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi


Jika kalian menginginkan untuk melihat karya tugas akhir siswa kelas XII tahun pelajaran yang telah lalu (2019/2020) dapat membuka link youtube Pak Gami (Gami Sukarjo), diantaranya:

https://www.youtube.com/watch?v=Ek5IDo1saak&t=36s