Lihat Cepat

Kamis, 04 Desember 2008

Untuk Sahabatku, Guru

Menjadi guru, konon harus merupakan panggilan jiwa. Oleh karena itu, sesungguhnya profesi guru adalah masalah sense atau selera. Sebab jika seseorang menjadi guru dengan target utama adalah penghasilan, maka visi guru sebagai salah satu pilar yang 'terlibat' dalam upaya mencerdaskan bangsa akan terkontaminasi. Jika sudah begitu, alih-alih akan menciptakan siswa yang cerdas, yang lahir justru siswa-siswa yang tertekan. Sebab realitas pendapatan guru yang pas-pasan akan melemahkan semangat mengajar dan kurang sabar.
Adanya sertifikasi guru yang muaranya adalah kesejahteraan, hingga kini belum sepenuhnya memosisikan guru secara adil. Sertifikasi yang telah berjalan, tak lebih sebagai ucapan terima kasih pada guru-guru yang telah mendekati masa akhir pensiun. Bahkan, bisa jadi pemerintah mengambil strategi ini untuk menekan anggaran pendidikan di satu pihak, tetapi tetap dinilai concern terhadap nasib guru di lain pihak.
Maka, jika anda adalah seorang guru saya mengajak marilah kita tekuni profesi ini sebagaimana hakikatnya. Hakikat guru adalah mencerdaskan peserta didik. Merubah perilaku negatif peserta didik. Bahwa kita membutuhkan harta untuk hidup, ya. Tetapi, jika kita ingin kaya dari profesi guru(saja), saya rasa terlalu absurd.
Jadi, marilah kita mengelola siswa-siswa kita dengan hati dimana kita menitipkan perut di dalamnya. Jangan sebaliknya. Jika kita ingin membesarkan perut dari siswa, maka biasanya hati kita menjadi tidak peka. Siswa-siswa yang dihasilkannyapun hanya akan memikirkan perutnya saat mereka dewasa dan bekerja.
Gami S

4 komentar:

iebie mengatakan...

Menjadi guru adalah sebuah pilihan dan panggilan hidup .Saya setuju.

iebie mengatakan...

Menjadi guru adalah sebuah pilihan dan panggilan hidup .Saya setuju.
Tetapi kadang kita diterpa banyak godaan yang menngiurkan yang dapat mengaburkan citra guru itu sendiri

Anonim mengatakan...

pandangan bapak tajam, terus berkarya bapak salam dari geger madiun

ARTmochtar mengatakan...

Oh guru
yang paling sering "diguyu mergo saru"
yang paling sedih "wagu tur kuru"
yang paling sulit "digugu lan ditiru"