Isu global warming dan kampanye penanaman sejuta pohon oleh pemerintah pada dua tahun terakhir ini boleh jadi merupakan upaya menyadarkan manusia betapa pentingnya menjaga lingkungan tetap hijau. Namun, tidak bagi siswa SMA Negeri 1 Imogiri. Isu kerusakan lingkungan dan bahanya bagi bumi dan manusia telah mengendap dalam benak sejak enam tahun silam. Sehingga tak heran jika anak-anak di SMA Negeri 1 Imogiri begitu menunggu-nunggu bulan Desember, bulan di mana mereka bisa refresing sekaligus berbuat nyata untuk lingkungan.
Sebagai penggagas dan penggiat kegiatan seperti ini jelas banyak tantangannya. pada awalnya hanya ada beberapa gelintir siswa yang berminat. beberap teman guru ikut mendukung, tetapi lebih banyak yang skeptis. Sedih juga sih.
Alhamdulillah, pada tahun ke-5 mulai banyak siswa yang tertaril. Ada pula instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan, Departemen Kehutanan prop DIY, Bank BPD dan Jogja TV yang menyuport acara ini.
Nah, Desember 2008 ini adalah tahun ke 6 pelaksanaan penghijauan. kami berkerja sama dengan Desa Wukirsari dan mendapat dukungan dari Ketua DPRD Prop DIY, Bpk Gandung Pardiman. Jumlah siswa yang terlibat lebih banyak (sekitar 300 siswa) dan beberapa siswa SMP di Kecamatan imogiri juga ada yang berpartisipasi.
Untuk tahun depan, kami menunggu partisipasi anda.
Lihat Cepat
Selasa, 23 Desember 2008
Kamis, 18 Desember 2008
MENEKAN ANGKA KETERLAMBATAN SISWA
Siswa terlambat memang menjengkelkan. Mereka tidak saja mengganggu kegiatan siswa lain, juga merepotkan guru. maka kita sebagai guru harus pasang strategi agar siswa tidak terlambat.
nah, ini cara saya mengurangi angka keterlambatan siswa:
1. batasi keterlambatan maksimum 10 menit
2. siswa terlambat lebih dari 10 menit diberikan tugas lain dan tidak boleh masuk kelas
3. tugas yang diberikan ada dua pilihan : membuat resensi buku (pengetahuan umum/pelajaran/sastra) atau menulis cerpen/puisi atau esai selama jam pelajaran yang ditinggalkan
4. siswa yang terlambat 3 kali berturut-turut dipulangkan dan wajib mendatangkan orang tuanya ke sekolah
alhamdulillah, dengan model ini keterlambatan siswa dapat ditekan.
gami s
nah, ini cara saya mengurangi angka keterlambatan siswa:
1. batasi keterlambatan maksimum 10 menit
2. siswa terlambat lebih dari 10 menit diberikan tugas lain dan tidak boleh masuk kelas
3. tugas yang diberikan ada dua pilihan : membuat resensi buku (pengetahuan umum/pelajaran/sastra) atau menulis cerpen/puisi atau esai selama jam pelajaran yang ditinggalkan
4. siswa yang terlambat 3 kali berturut-turut dipulangkan dan wajib mendatangkan orang tuanya ke sekolah
alhamdulillah, dengan model ini keterlambatan siswa dapat ditekan.
gami s
Kamis, 04 Desember 2008
Untuk Sahabatku, Guru
Menjadi guru, konon harus merupakan panggilan jiwa. Oleh karena itu, sesungguhnya profesi guru adalah masalah sense atau selera. Sebab jika seseorang menjadi guru dengan target utama adalah penghasilan, maka visi guru sebagai salah satu pilar yang 'terlibat' dalam upaya mencerdaskan bangsa akan terkontaminasi. Jika sudah begitu, alih-alih akan menciptakan siswa yang cerdas, yang lahir justru siswa-siswa yang tertekan. Sebab realitas pendapatan guru yang pas-pasan akan melemahkan semangat mengajar dan kurang sabar.
Adanya sertifikasi guru yang muaranya adalah kesejahteraan, hingga kini belum sepenuhnya memosisikan guru secara adil. Sertifikasi yang telah berjalan, tak lebih sebagai ucapan terima kasih pada guru-guru yang telah mendekati masa akhir pensiun. Bahkan, bisa jadi pemerintah mengambil strategi ini untuk menekan anggaran pendidikan di satu pihak, tetapi tetap dinilai concern terhadap nasib guru di lain pihak.
Maka, jika anda adalah seorang guru saya mengajak marilah kita tekuni profesi ini sebagaimana hakikatnya. Hakikat guru adalah mencerdaskan peserta didik. Merubah perilaku negatif peserta didik. Bahwa kita membutuhkan harta untuk hidup, ya. Tetapi, jika kita ingin kaya dari profesi guru(saja), saya rasa terlalu absurd.
Jadi, marilah kita mengelola siswa-siswa kita dengan hati dimana kita menitipkan perut di dalamnya. Jangan sebaliknya. Jika kita ingin membesarkan perut dari siswa, maka biasanya hati kita menjadi tidak peka. Siswa-siswa yang dihasilkannyapun hanya akan memikirkan perutnya saat mereka dewasa dan bekerja.
Gami S
Langganan:
Postingan (Atom)